Senin, 29 Agustus 2011

Sejarah Minal `Aidin Walfaizin

Idul fitri membawa berkah bagi kaum muslimin. setelah 1 bulan berpuasa, tibalah saatnya berlebaran.
Ada satu kebiasaan yang identik dengan hari raya idul fitri, yaitu ucapan ” minal ‘aidin” dari seseorang yang ditujukan kepada kita, dan biasanya secara spontan kita akan menjawab dengan ucapan ” wal faizin “.
“minal ‘aidin wal faizin” dua kalimat ini seakan sudah menjadi sejoli, dimana ada ‘aidin disitu ada faizin. apa sebenarnya arti dari kalimat tersebut ?
“minal ‘aidin ( bagian dari orang-orang yang kembali ), “wal faizin” ( dan orang-orang yang beruntung). kelihatannya nampak janggal, kalau kita mau menelusuri, ternyata kalimat tersebut dipenggal dari sebuah rangkaian kalimat “
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
”Semoga Allah menjadikan kita dan anda sekalian bagian dari orang-orang yang kembali (fitrah) dan orang-orang yang beruntung, semoga Allah menerima ibadah dari kita dan anda sekalian.“
Melihat arti dari “minal ‘aidin wal faizin” diatas ternyata bukan mempunyai arti ” mohon maaf lahir batin ” seperti dipahami oleh sebagian orang selama ini.
Dalam buku ”Lebaran Menurut Sunnah yang Shahih” oleh Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath Thayyar hal. 126 terbitan Pustaka Ibnu Katsir disebutkan :
Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:
“telah sampai kepada kami riwayat dengan sanad yang hasan dari Jubai bin Nufair, ia berkata: “Jika Para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan kepada sebagian lainnya: “TaqabbalAllohu minnaa wa minkum”. (Fathul Bari (II) 446)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ditanya tentang ucapan selamat di hari raya, beliau menjawab,
“Ucapan selamat hari raya sebagian mereka kepada sebagian lainnya jika bertemu setelah shalat ‘Id dengan ungkapan: TaqabbalAllohu minna wa minkum dan A’aadahullahu ‘alaika serta ucapan sejenisnyaa, maka hal ini telah diriwayatkan dari sejumlah sahabat bahwa mereka melakukannya, dan telah diperbolehkan oleh para imam seperti Imam Ahmad,dll. Maka siapa yang melakukannya, ia memiliki panutan, dan yang meninggalkannya pun memiliki panutan.” (Majmuu’ Fatawa (XXIV/253).
Ucapan mana yang paling benar ?
Tentu yang ada riwayatnya seperti disebutkan diatas, apakah pengucapan “minal ‘aidin wal faizin” itu salah? sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang menyalahkan, meski begitu hendaknya dijaga makhroj dari kalimat itu sendiri, jangan sampai kita konyol dalam mengucapkan, misalnya ”minal ‘aizin wal faizin” atau ” minal ‘aidin wal fa’idin” .

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More